Profil Desa Somakaton
Ketahui informasi secara rinci Desa Somakaton mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Somakaton, Kecamatan Somagede, Banyumas, sebuah desa bersejarah tempat ditemukannya Prasasti Somakaton. Jelajahi desa yang menjadi saksi bisu peradaban Jawa Kuno, memadukan kekayaan arkeologis dengan kehidupan agraris yang subur dan dinamis.
-
Rumah Prasasti Somakaton
Desa ini merupakan lokasi penemuan Prasasti Somakaton, sebuah artefak batu bertuliskan aksara Kawi dan Pallawa dari abad ke-10 M, menjadikannya salah satu situs sejarah terpenting di Kabupaten Banyumas.
-
Potensi Desa Wisata Sejarah
Keberadaan prasasti menjadi daya tarik utama bagi pengembangan desa wisata berbasis sejarah dan edukasi, dengan adanya inisiatif seperti pembangunan Taman Aksara.
-
Kehidupan Agraris yang Subur
Perekonomian desa ditopang oleh sektor pertanian yang produktif, dengan lahan subur yang dimanfaatkan untuk menanam padi, palawija, dan berbagai jenis buah-buahan.

Di tengah hamparan lahan pertanian yang subur di Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah desa yang menyimpan jejak peradaban berusia lebih dari seribu tahun. Desa Somakaton, sebuah komunitas agraris yang tampak tenang, adalah rumah bagi salah satu peninggalan arkeologis terpenting di Jawa Tengah bagian barat: Prasasti Somakaton. Keberadaan artefak bersejarah ini menjadikan Desa Somakaton bukan hanya sekadar entitas administratif, melainkan sebuah jendela langka untuk menelisik kehidupan masyarakat Jawa Kuno, menjadikannya titik vital dalam peta sejarah dan kebudayaan Banyumas.
Sebagai sebuah desa dengan kode wilayah 33.02.09.2008, Somakaton menawarkan perpaduan unik antara masa lalu dan masa kini. Geliat cangkul para petani di sawah seolah berpadu harmonis dengan gema bisu aksara Kawi yang terpahat abadi di atas batu. Kehidupan modern berjalan beriringan dengan kesadaran akan warisan leluhur yang tak ternilai. Narasi tentang "Desa Somakaton Somagede," "Prasasti Somakaton," dan "wisata sejarah Banyumas" menjadi kunci untuk membuka khazanah pengetahuan tentang desa yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban di tepian Sungai Serayu ini.
Prasasti Somakaton: Pusaka Desa dan Jendela Masa Lampau
Keistimewaan absolut Desa Somakaton terletak pada Prasasti Somakaton. Prasasti ini merupakan sebuah batu andesit berukuran tinggi 91 cm, lebar 45 cm dan tebal 24 cm yang ditemukan di wilayah desa ini. Menurut para ahli epigrafi, prasasti ini berasal dari tahun 851 Saka atau 929 Masehi, pada era Kerajaan Mataram Kuno (Medang). Keunikannya terletak pada penggunaan dua jenis aksara dan dua bahasa sekaligus. Bagian atasnya bertuliskan aksara Pallawa dengan bahasa Sansekerta yang berbunyi "śrī mahārāja rake halu," sementara bagian bawahnya menggunakan aksara Kawi dan bahasa Jawa Kuno.
Isi prasasti ini menyebutkan tentang status sima atau tanah perdikan (bebas pajak) yang diberikan kepada daerah di sekitar prasasti itu berada. Para ahli sejarah menafsirkan bahwa prasasti ini menjadi penanda batas wilayah kekuasaan kerajaan pada masa itu. Penemuan ini sangat signifikan karena menjadi bukti arkeologis keberadaan pengaruh peradaban kerajaan besar hingga ke wilayah Banyumas, yang sebelumnya sering dianggap sebagai wilayah "pinggiran".
Saat ini, prasasti asli telah disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta untuk pelestarian, sementara sebuah replika yang identik dibuat dan ditempatkan di lokasi penemuannya di Desa Somakaton. Pemerintah dan masyarakat setempat menyadari betul nilai penting dari warisan ini. Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk menjadikan situs ini sebagai pusat edukasi, salah satunya adalah dengan pembangunan "Taman Aksara" di sekitar lokasi replika prasasti. Taman ini diharapkan dapat menjadi pusat pembelajaran sejarah dan aksara kuno bagi pelajar dan masyarakat umum, sekaligus menjadi embrio bagi pengembangan desa wisata sejarah.
Tata Kelola Pemerintahan dan Kondisi Demografi
Roda pemerintahan Desa Somakaton berpusat di Kantor Balai Desa, yang melayani kebutuhan administrasi dan menjadi lokomotif pembangunan desa. Dipimpin oleh seorang kepala desa, pemerintah desa bekerja sama dengan lembaga kemasyarakatan seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk merumuskan kebijakan yang sesuai dengan aspirasi warga. Prioritas pembangunan desa umumnya difokuskan pada penguatan sektor pertanian, perbaikan infrastruktur, dan belakangan ini, pengembangan potensi wisata sejarah.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi "Kecamatan Somagede Dalam Angka 2024," Desa Somakaton memiliki luas wilayah sebesar 2,42 km². Dari sisi populasi, desa ini dihuni oleh ribuan jiwa yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kehidupan sosial masyarakatnya berjalan dengan harmonis, dilandasi oleh semangat gotong royong dan nilai-nilai kekeluargaan yang masih dijaga dengan baik.
Pertanian sebagai Tulang Punggung Ekonomi
Di luar kekayaan sejarahnya, Desa Somakaton adalah sebuah desa agraris yang subur. Lahan pertanian yang luas menjadi tulang punggung utama perekonomian warganya. Hamparan sawah yang menghijau mendominasi pemandangan, menunjukkan bahwa padi adalah komoditas utama yang dibudidayakan. Para petani dengan tekun mengolah lahan mereka, menghasilkan beras yang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal tetapi juga untuk dipasok ke pasar-pasar di sekitarnya.
Selain padi, lahan tegalan juga dimanfaatkan secara optimal untuk menanam berbagai jenis palawija, seperti jagung, singkong, dan kacang-kacangan. Perkebunan buah-buahan, meskipun tidak dalam skala besar, juga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga. Kesuburan tanah yang didukung oleh sistem irigasi yang cukup baik memungkinkan para petani untuk panen beberapa kali dalam setahun.
Keberadaan kelompok tani (poktan) di desa ini memegang peranan penting dalam menjaga dan meningkatkan produktivitas pertanian. Melalui poktan, para petani dapat mengakses informasi terbaru tentang teknik budidaya, mendapatkan bantuan benih atau pupuk, serta memperkuat posisi tawar mereka dalam rantai ekonomi. Sektor pertanian ini menjadi fondasi yang stabil bagi kehidupan warga, selaras dengan status tanah sima yang dianugerahkan kepada leluhur mereka lebih dari seribu tahun yang lalu.
Kehidupan Sosial, Budaya, dan Infrastruktur
Masyarakat Desa Somakaton menjalani kehidupan sosial yang dinamis namun tetap memegang teguh adat dan tradisi. Semangat kebersamaan terlihat jelas dalam berbagai kegiatan komunal, mulai dari kerja bakti membersihkan lingkungan hingga perayaan hari besar keagamaan dan nasional. Kesadaran akan pentingnya warisan Prasasti Somakaton juga mulai tumbuh dan menjadi kebanggaan kolektif warga desa.
Dari sisi infrastruktur, Desa Somakaton terus berbenah. Akses jalan utama yang menghubungkan desa dengan pusat kecamatan dan jalan raya telah dalam kondisi yang baik, mempermudah mobilitas warga dan pengangkutan hasil bumi. Fasilitas dasar seperti listrik dan air bersih telah menjangkau seluruh permukiman. Di bidang pendidikan, telah tersedia Sekolah Dasar (SD) untuk memastikan anak-anak desa mendapatkan pendidikan dasar yang layak. Untuk melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA, para siswa biasanya akan menuju pusat kecamatan di Desa Somagede atau kota lain di sekitarnya. Demikian pula, layanan kesehatan dasar dapat diakses melalui Puskesmas Somagede.
Menatap masa depan, Desa Somakaton berada di persimpangan jalan yang menjanjikan. Dengan pusaka berupa Prasasti Somakaton, desa ini memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan sebagai destinasi Desa Wisata Sejarah. Jika dikelola secara profesional dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, wisata ini dapat menjadi sumber ekonomi baru yang signifikan, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan warga. Tantangannya adalah bagaimana mengemas narasi sejarah ini menjadi sebuah pengalaman wisata yang menarik dan edukatif, sambil terus menjaga kesakralan situs dan kelestarian lingkungan. Dengan memadukan kekuatan agraris yang sudah mapan dan potensi pariwisata sejarah yang unik, Desa Somakaton berpeluang besar untuk tumbuh menjadi desa yang sejahtera, berkarakter, dan bangga akan identitas sejarahnya yang agung.